Kenali Susu Fortifikasi, Solusi Cerdas Atasi Masalah Gizi dan Anemia di Indonesia

Jakarta, Trivianews.id – Masalah kekurangan nutrisi, seperti anemia dan stunting, masih menjadi tantangan kesehatan di Indonesia, terutama pada anak-anak dan ibu hamil. Upaya untuk mengatasinya dilakukan melalui berbagai langkah, salah satunya adalah fortifikasi pangan, termasuk pada produk susu, yang diperkaya dengan berbagai mikronutrien penting seperti zat besi, vitamin A, C, D, kalsium, hingga zinc.

Menurut data Kementerian Kesehatan, hampir 50% anak usia 1–5 tahun di Indonesia mengalami anemia defisiensi besi. Kondisi ini dapat berdampak pada tumbuh kembang anak, daya tahan tubuh, hingga kemampuan kognitif. Melalui program fortifikasi pangan, termasuk pada produk susu, angka tersebut diharapkan dapat ditekan secara signifikan.

“Fortifikasi susu merupakan langkah strategis untuk mencegah kekurangan gizi mikro yang banyak dialami anak-anak. Penambahan zat besi dan vitamin C, misalnya, terbukti membantu penyerapan nutrisi dan menurunkan risiko anemia hingga 88%,” kata dr. Siti Rahmawati, Sp.A, seorang pakar gizi anak.

Selain membantu mencegah anemia, susu fortifikasi juga berperan dalam mendukung pertumbuhan optimal, memperkuat sistem imun, dan menjaga kesehatan tulang. Kandungan vitamin D dan kalsium yang tinggi membantu pembentukan tulang yang kuat, sementara zinc dan vitamin A berkontribusi terhadap daya tahan tubuh.

Fortifikasi pangan bukanlah hal baru dalam dunia kesehatan. Konsep ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1930-an di beberapa negara maju untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin D yang menyebabkan penyakit rakhitis pada anak-anak. Seiring waktu, fortifikasi kemudian diterapkan pada berbagai produk pangan lainnya, seperti tepung, minyak goreng, garam, dan susu, demi memenuhi kebutuhan gizi masyarakat secara luas.

Di Indonesia, kebijakan fortifikasi pangan mulai aktif diterapkan sejak tahun 1980-an melalui kerja sama pemerintah dengan industri pangan. Produk susu menjadi salah satu fokus utama, mengingat perannya yang penting dalam pertumbuhan anak-anak dan pencegahan masalah gizi kronis yang dapat berdampak hingga dewasa.

Pemerintah terus mendorong pemanfaatan susu fortifikasi sebagai bagian dari program perbaikan gizi nasional. Melalui kerja sama dengan produsen susu, program pembagian susu fortifikasi dilakukan di berbagai sekolah, posyandu, dan pusat layanan kesehatan. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan anak-anak mendapatkan asupan nutrisi tambahan yang dibutuhkan untuk mendukung daya konsentrasi, pertumbuhan fisik, serta perkembangan kognitif mereka.

“Intervensi gizi yang mudah diakses dan disukai anak-anak seperti susu fortifikasi merupakan strategi efektif untuk memperbaiki kualitas kesehatan generasi mendatang,” ungkap dr. Andini Puspita, ahli gizi masyarakat.

Upaya menghadirkan susu fortifikasi yang terjangkau dan mudah diakses diharapkan mampu membantu pemerintah menurunkan angka anemia dan stunting yang masih cukup tinggi di Indonesia. Kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, industri, tenaga kesehatan, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan program ini.

Kini, pilihan susu fortifikasi semakin beragam, mulai dari susu pertumbuhan hingga formula khusus anak dengan kandungan nutrisi yang disesuaikan dengan kebutuhan usia. Inovasi ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara praktis untuk melengkapi pola makan sehari-hari, membantu anak-anak Indonesia tumbuh lebih sehat, cerdas, dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *